Pages

The Journalist (My Short Story)




First Thread - Baru mengenal kaskus, dan karena ingin menjadi seorang jurnalis dan kebetulan sepertinya kisah perjalanan hidup saya yang absurd dapat menjadi pelajaran bagi sobat? ya semoga saja thread pertama saya ini bisa bermanfaat bagi pembaca. Di Thread ini saya ingin menceritakan tentang perjalanan hidup saya yang absurd, gila & gak ada sangarnya.

Pertama perkenalkan nama saya AE (Nama Samaran), saat ini saya sedang duduk di kelas 12 SMK (Banyak yang tanya kenapa? padahal harusnya sudah kerja/kuliah, pasti di ceritakan kok.) Mending langsung back to old story. Pada awalnya ketika masih kecil saya terlahir dengan kondisi yang menyedihkan? prematur bahkan dokter memvonis kemungkinan hidup kecil. Tapi Alhamdulillah Allah S.W.T mengizinkan saya tetap hidup sampai tumbuh seperti yang sekarang ini. Banyak hal absurd & gila yang pernah saya lakukan semasa kecil, misal jalan sambil tidur pada tengah malam sampai berhenti di tengah-tengah kuburan, kemudian sempat pagi-pagi ba'da subuh dengan pakaian lengkap saya kabur ke kota karena saking kangennya sama orang tua yang kebetulan seminggu sebelumnya harus pindah rumah sedangkan saya tetap tinggal di rumah kakek & nenek. Nekat tanpa tahu alamat, dimana tempat tinggal orang tua alhasil saya tersesat di pusat kota. Untungnya ada tetangga di desa menghampiri saya kemudian mengantarkan saya pulang. Kejadian kabur ini berulang sampai 3 kali. Karena khawatir akhirnya kakek mewajibkan ortu untuk mengurus pindah sekolah ke kota. Karena pertimbangan yang matang dan alasan yang kuat akhirnya ortu menerima permintaan kakek dan saya bisa tinggal dengan ortu di kota.

Place : New School - Nahh akhirnya saya di pindahkan ke salah satu SD Negeri yakni SDN Ngaglik 03. Di sekolah yang baru inilah saya menempuh kehidupan yang baru. Karena basic saya yang super culun, penakut alhasil saya jadi korban bully di sekolah. Jadi babu? di aniaya? pasti agan tahu lah bagaimana kegilaan anak-anak sekolahan? saya hanya pasrah menerima cobaan yang lumayan berat untuk seumuran anak kelas 2 SD. Namun karena kejadian itu pula saya mendapatkan satu orang sahabat yang sangat setia dan payahnya dia juga senasib, korban bully. Di balik itu kami memiliki hobby dan passion yang sama, yakni di bidang musik. Iseng kami membuat band kecil? duet? Not bad. Karena prestasi itulah derajat kami naik sejengkal. Memang kami sudah berhenti di bully, hanya saja kami tetap menjadi korban aniaya karena kami ini orang lemah? padahal sebenarnya tidak. Kami memiliki pemikiran yang sama, tidak menyukai kekerasan? melakukan sesuatu dengan emosi? sejauh itu kami mencoba bertahan melawan nafsu sendiri. Melewati cobaan itu bersama hingga akhir. 

Yang awalnya kami terkenal paling oon dalam masalah pelajaran, langganan hinaan, caci dan maki akhirnya kami bisa lulus dengan nilai, danum tertinggi di sekolah. Seiring berjalannya waktu kami terus berusaha mengembangkan bakat di bidang musik hingga punya impian untuk menjadi seorang musisi terkenal? setidaknya bisa menyanyi di depan banyak orang, mengaspirasikan, mengekspresikan perasaan yang kami pendam melalui lagu-lagu sederhana ciptaan kami. Namun akhirnya impian itu mati bersama tragedi itu. Pada waktu kami ingin mengikuti suatu kompetisi ajang mencari bakat? di perjalanan motor yang kami naiki tergelincir batu hingga kami terjatuh. Karena kondisi motor melaju cepat akhirnya kami terpental dan berbenturan keras dengan aspal. Na'asnya dengan sedikit tertatih kesakitan, saya melihat sahabat saya terbujur kaku di depan saya. Mencoba membangunkannya, saya gak sadar kalau tangan saya bersimbah darah. Darah mengalir terus menerus dari kepala sahabat saya dan akhirnya dia menghembuskan nafas terakhirnya di perjalanan menuju rumah sakit.

Mengingat kejadian itu, akhirnya saya depresi berat, linglung dan seolah seperti mayat hidup. Sejak saat itu pula saya phobia dengan darah. Waktu terus bergulir, butuh waktu hingga kurang lebih 1-3 bulan akhirnya mental & kondisi saya mulai membaik. Memulainya dari awal meski kadang masih terbayang soal insiden itu. Dengan adanya peranan sosok akhwat yang saya kenal di SMP, itupun juga berawal dari bully. Bedanya, entah karena alasan yang hingga saat ini tidak saya ketahui, namanya Laras, ia membantu maksudku membela saya ketika saya di bully. "Kamu itu cowo, gak boleh lemah, kamu punya harga diri. Memang kekerasan itu tidak baik, tapi terkadang itu dibutuhkan ketika terdesak." ucap Laras. Mendengar ucapan Laras hati saya tersentuh, kemudian teringat sesuatu. Apa yang dia ucapkan mirip seperti yang pernah di katakan almarhum sahabat saya. Dan saat itulah, hari bersejarah bagi saya, pertama kalinya melawan mereka yang menganiaya saya dan akhirnya seusainya kami harus digiring ke ruang BK. Untungnya Laras menjelaskan kronologi kejadian yang akhirnya saya di lepaskan oleh guru BK. Sejak saat itu pula saya yang biasanya tertutup, pendiam, paling gak bisa dekat dengan lawan jenis akhirnya memiliki seseorang yang spesial, dia mencoba mengajak saya menghidupkan kehidupan saya. Dengan menciptakan jutaan moment bersama? dalam tali persahabatan yang sangat erat, Hingga pada akhirnya saat itu tiba, "Kupikir, aku menyukaimu" ucap Laras yang akhirnya membuka mataku dan menjadi awal dari kisah cinta pertama saya? yang padahal perasaan itu sudah terasa dari awal kami bertemu, sejak kejadian perkelahian itu.

Hari demi hari kami menghabiskan waktu bersama-sama, berbeda seperti cara remaja berpacaran saat ini. Kami menjalani hubungan ini sekedar sebagai penyemangat, teman, sahabat dalam belajar, meraih prestasi dan saling mengingatkan demi mencapai kedewasaan diri. Jutaan moment tercipta setiap harinya, hingga saat itu tiba. Di saat-saat terakhir menjelang ujian nasional saya mengetahui beberapa fakta yang tidak pernah saya bayangkan. Hari demi hari dia mulai berubah, mulai dari sikap dan caranya memandang saya. Namun perlahan akhirnya saya mengetahui alasan perubahannya itu, suatu hari saya memergokinya terbujur lemah di perpustakaan, kemudian mulai jarang datang kesekolah, mendapat kabar kalau dia sedang di rawat di rumah sakit. Ketika ingin menjenguknya, saya mendapat kabar kalau dia di rujuk ke sebuah rumah sakit yang terletak di Jakarta.

Sejak saat itu pikiran saya kalut, tidak dapat konsentrasi ke Ujian Nasional SMP yang mengakibatkan saya lulus dengan nilai pas-pasan. Saat itu di benak saya hanya ada nama dan wajahnya, senyumnya. Saya hanya ingin bertemu, melihat wajahnyanya meskipun hanya sekali. Dan akhirnya Allah mendengar doa yang saya panjatkan setiap harinya. Waktu saya sudah menginjak 2 minggu di SMK, dia datang ke rumah. Awalnya ketika mendapat kabar dari ibu saya sangat senang, bahagia sampai tergesa-gesa ingin segera pulang dan menemuinya. Namun perasaan itu berubah menjadi kecut ketika melihat kondisinya, rasanya hati, perasaan mulai remuk dan hancur perlahan. Dia terlihat sangat lemah, pucat. Dia tetap tidak mau menceritakan apa penyakitnya, apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Di pertemuan singkat itu, dia hanya meminta saya menjabat tangannya untuk pertama kalinya, menggenggam erat tangannya kemudian memeluk dan mencium keningnya. Awalnya ragu, karena sadar itu tidak diperbolehkan oleh agama karena kami bukan muhrom. Namun karena dia benar-benar menginginkannya akhirnya saya mengiyakan, setelah itu tiba-tiba dia terjatuh dan pingsan dalam pelukan saya. Syok, khawatir mulai menghantui, tidak kuasa membendung air mata, menangis untuk yang ketiga kalinya. Seketika saya berteriak meminta tolong, kemudian membawanya ke rumah sakit. Dia dimasukkan keruangan UGD. Setelah orang tuanya datang dan saya di suruh pulang, sejak saat itu kami tidak pernah bertemu.

Saya ingin menengoknya, melihatnya, menemuinya namun tidak pernah menghasilkan sesuatu. Terakhir saya mendapat kabar kalau dia di rujuk ke rumah sakit sama di Jakarta. Beberapa minggu kemudian akhirnya rasa gelisah, khawatir itu terbalaskan. Orang tuanya datang kerumah sambil membawa sebuah kotak kado. Karena cemas saya tanya ke orang tuanya "Om, tante? Laras mana? kok gak keliatan, dia gak papa kan?" namun mereka tidak menjawab, lalu menyerahkan sebuah kotak kado tersebut. Setelah saya terima langsung saya buka kadonya, di dalam kado ada sebuah memory Hp, buku dan sebuah amplop. Di dalam amplop ada sebuah surat, setelah saya baca, saya sangat terpukul dan akhirnya langsung jatuh pingsan. Emang sih sa'at itu rasanya perasaan dan tangisan saya meledak. Segala pertanyaan yang menghantui saya selama ini akhirnya terjawab. Selama ini dia mengidap kanker otak stadium akhir. Yang lebih membuat saya tidak dapat berhenti meneteskan air mata yakni ketika membuka isi memory hp itu, saya melihat berbagai moment bersamanya sela ini yang berhasil di abadikan dalam bentuk foto dan video. 

Dari kejadian itulah saya bisa mendapat pembelajaran tentang betapa indahnya cinta pertama dan cinta sejati. Bagaimana rasanya ditinggal oleh orang yang kita sayangi. Sejak sa'at itu saya berusaha untuk menjadi yang lebih baik dan memulai kehidupan yang baru, mencoba hidup tanpanya. Berjuang mencapai impian yang pernah kami lukis berdua dalam sebuah kanvas.

Yang saya sesalkan dalam hal ini, kenapa harus membuang semua benda yang berhubungan dengannya hanya demi membuka lembaran yang baru? masa lalu tidak perlu di lupakan karena itu mustahil. Cukup kenang, belajar dari masa lalu dan berterima kasih dengan cara menyimpan semua benda itu dan mengenangnya, karena itu murupakan bagian dari hidup meski hanya masa lalu.

#To Be Continued

Next Update : ( Kalau lagi gak sibuk pasti di update ) Ohh iya, kalau ada yang memiliki kisah yang dapat menginspirasi, memotivasi boleh di share kok. Nanti akan saya rangkum & post di blog saya. Terima kasih. 

Zaefrand Arianto

Writting doesn't need technic, not talent. But consistency.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar